Jumat, 24 September 2010

GUE KUPU-KUPU, KURA-KURA, ATAU KUNANG-KUNANG YA?????




Neh ada potongan lagu katanya sih judulnya “Mars Mahasiswa”
“Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun kejalan demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta.” Katanya sih gue gak tau juga kalo mahasiswa itu keren lho, pas waktu SMA rasanya ngebayangin jadi Mahasiswa itu rasanya perfect deh. Pakaiannya gak resmi lagi, udah bisa pake jeans, bisa masuk dan keluar kapan aja. Wah bisa juga donk jalan-jalan ama temen-temen ama doi bebas juga sih.
Rasanya yang gue tau cuma ada dua yang mempunyai maha, pertama Allah yang maha segala Maha (Maha esa, kuasa, dll), dan satu lagi mahasiswa. Katanya sih turun temurun biasanya mahasiswa ini takutnya ama dosen, dosen takut sama dekan lho (pimpinan fakultas), ternyata dekan juga takut ama rektor (pimpinan universitas) dan rektor takut ama gubernur, gubernur takut ama menteri, menteri takut ama presiden, tapi kok kayak siklus air hujan presiden takut ama Mahasiswa. Emang ada apa ya dengan mahasiswa ini?
Oh ya pas waktu gue baru masuk kuliah pas opdik rata-rata senior itu bilang, “dek tau kalian mahasiswa itu adalah agent of change (agen perubah), iron stock (stock besi), social control (kontrol sosial), dan moral Force (Pembentuk moral).” Wah pas dengar ternyata mahasiswa itu kereen abizzz. (Padahal gue ngerasain aja blum). Capek juga ngomongin mahasiswa gak ada mati dan habisnya dehhh. Mending lihat fenomena yang terjadi di kampus aja dari kalangan mahasiswa.
Ternyata mahasiswa itu banyak nama ya!!! Katanya ada yang namanya apatis, aktivis, puitis, melankolis, kok ngelantur ceritanya. He..He..He. Oke kembali lagi. Kayaknya gue harus seriuss dikit dehh. Ehmm.ehhm.. check!!
Mahasiswa adalah status luar biasa yang melekat pada diri kita. Tidak semua orang berkesempatan menyandang predikat sebagai mahasiswa. Mahasiswa bisa dikatakan tulang punggung rakyat untuk menggantungkan harapannya. Pasalnya, sebagai kaum intelektual, diharapkan mahasiswa saat kembali ke masyarakat benar-benar bisa memberikan kontribusinya pada masyarakat. Oleh karena itu, saat masih berstatus sebagai mahasiswa, perlu dipersiapkan bekal yang nantinya akan bisa diaplikasikan sebagai wujud kontribusinya tersebut. Nah apa hubungannya dengan kupu-kupu, kura-kura, kunang-kunang dan mahasiswa ya? Penasaran mau tau yuuk kita baca lagi!!!
Pernahkah kalian mendengar istilah mahasiswa kupu-kupu, mahasiswa kura-kura dan mahasiswa kunang-kunang? Lho kah itu?
Mahasiswa kupu-kupu di sini maksudnya adalah mahasiswa yang hanya kuliah pulang – kuliah pulang. Mahasiswa tipe ini datang ke kampus hanya untuk kuliah saja (study only). Ketika kuliah (di kelas) selesai, aktivitas lain mungkin ke perpustakaan, ke kantin, atau nongkrong. Setelah itu pulang ke kos atau rumah masing-masing. Hal ini memang menjadi fenomena di lingkungan Kampus. Dianalogikan dengan kupu-kupu karena kampus hanya dijadikan sebagai tempat ‘hinggap’ untuk menimba ilmu dan mengenyam pendidikan formal saja.
Lain halnya dengan mahasiswa kura-kura. Mahasiswa kura-kura di sini maksudnya adalah mahasiswa yang hanya kuliah rapat-kuliah rapat. Dianalogikan dengan kura-kura yang berjalan lambat karena begitu banyaknya mengikuti organisasi, membuat sang mahasiswa tersebut terlambat studinya (lulusnya lama). Sering dia mengabaikan kuliahnya dan lebih fokus pada amanahnya di organisasi. Atau selain hiperaktif di organisasi, dia juga mengabaikan kuliah dan lebih fokus bekerja (bagi mahasiswa yang kuliah sambil kerja), Mahasiswa kunang-kunang disini maksudnya mahasiswa yang hanya kuliah nangkring-kuliah nangkring. Dianalogikan dengan kunang-kunang yang sering berkeliaran dan susah menemukannya, kadang nangkring disini kadang nangkring disana pokoknya jam terbangnya kita tidak tahu dech.
Lantas, mahasiswa yang baik itu seperti apa? Bagaimana menjadi mahasiswa yang ideal?
Mahasiswa, dengan menyandang idealismenya mempunyai peran yang besar dalam lingkungan masyarakat di kemudian hari. Agar peran tersebut benar-benar memberikan pengaruh yang signifikan dalam lingkungan masyarakat, maka aktivitasnya saat menjadi mahasiswa akan menjadi bekal utama untuk mewujudkan tujuan tersebut. Mahasiswa sebagai generasi muda, harta mulia bangsa Indonesia, yang akan menjadi tulang punggung bangsa ini ke depan, mempunyai peran yang luar biasa, sebagai iron stock, social control, agent of change, dan moral force. Tentu, peran yang luar biasa ini tidak akan pernah terwujud jika mahasiswa ke kampus hanya untuk kuliah dan kuliah (study only).
Untuk mewujudkan peranan mahasiswa di atas diperlukan suatu sarana, salah satunya organisasi. Semakin berkembangnya zaman ini, tatanan kehidupan kampus memberikan peluang besar bagi mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang tidak akan pernah didapatkan di bangku perkuliahan. Organisasi merupakan wadah untuk mengasah soft skill, melatih kemampuan komunikasi dan sosialisasi dengan orang lain.
Akan tetapi, mahasiswa tidak dianjurkan fokus dalam organisasi saja. Study oriented mutlak diperlukan karena sebagai insan berpendidikan tak ada lagi orientasi lain bagi seorang mahasiswa selain mencari dan mendapatkan ilmu, yang tidak baik adalah study only atau organisasi only. Masing-masing individu tentunya mempunyai pemahaman tentang menjaga keseimbangan antara studi dan organisasi. Mahasiswa yang cerdas akan mampu memanajemen hal ini dengan baik, bahkan antara studi dan organisasi bisa saling bersinergi sehingga predikat menjadi mahasiswa ideal bisa diwujudkan.
Orang-orang Study Oriented (atau Kupu kupu) menganggap bahwa kegiatan seperti organisasi dan kepanitiaan itu hanya membuang waktu dan uang. Sebaliknya orang-orang yang sering terlibat organisasi mengatakan bahwa belajar terus tidak akan memberikan jaminan mutlak karena praktek dan softskill itu lebih dibutuhkan dari IPK. Nah gue jelasin dikit deh sepengetahuan aja…..
Study oriented adalah paham yang dianut oleh mereka yang memandang prestasi akademik merupakan prioritas utama. Mereka berkeyakinan bahwa hanya dengan menguasai materi secara sempurna, mereka akan mendapat pekerjaan yang tinggi levelnya. Konsekuensi menjadikan prestasi akademis sebagai prioritas utama dalam kehidupan terlihat dari alokasi jadwal mereka yang dititikberatkan pada belajar akademis seperti les, tambahan kelas dan asistensi. Selain terlihat pada alokasi waktu yang dibuat, orang yang study oriented tidak ragu untuk menolak hal-hal atau kegiatan lain yang menggangu jadwal mereka. Tidaklah heran jika prestasi akademis mereka begitu gemilang. Mereka begitu membanggakan prestasi mereka dan sangat percaya bahwa dunia kerja pasti membutuhkan mereka.
Organisasi oriented adalah paham yang dianut oleh mereka yang memandang bahwa softskill (leadership, courage, team work etc) itu lebih dibutuhkan daripada mengejar nilai akademis yang tidak banyak digunakan di dunia kerja nanti. Mereka menganggap bahwa dunia kerja saat ini itu sangat membutuhkan kemampuan-kemampuan pengorganisasian yang cukup terasah. jangan heran apabila orang orang yang terlibat dalam organsiasi terlihat lebih eksis daripada mereka yang study oriented. Kemampuan komunikasi, pengorganisasian dan operasional mereka terlihat bagus. Mereka begitu membanggakan kemampuan mereka dalam berorganisasi dan menganggap orang orang yang hanya belajar saja kerjanya sebagai orang yang rugi, ansos (anti-sosial) dan tidak akan bertahan lama di suatu perusahaan. kecenderungan dari organisatoris adalah mereka tidak unggul dalam masalah prestasi akademik atau mereka tidak suka dengan kuliah.
Kita kuliah ini sebenarnya untuk apa sih? kan untuk mendapat kan pengetahuan yang terkait dengan karir kita nanti. Gue kasih contoh deh, misalnya gue sendiri. Gue memilih untuk berkarir di bidang sosial ekonomi pertanian– agribisnis. Nah apa aja sih pengetahuan-pengetahuan yang kita butuhkan? Untuk bisa menghasilkan karya besar di bidang ini terlebih dahulu gue harus tahu apa itu sosial ekonomi pertanian? apa itu agribisnis? kenapa harus ada ekonomi? kenapa harus ada sosial? bagaimana hubungan antara sosial dan ekonomi pertanian? bagaimana prinsip kerja Agribisnis? Nah kalo misalnya kita ga menguasai pengetahuan-pengetahuan seperti itu kita gak mungkin bisa berkarya di bidang yang kita geluti. Ini semua kita dapatkan dari proses akademis perkuliahan.
Nah selama kita berkarya di bidang yang kita dalami, kita akan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Maka kita juga perlu pengetahuan pengetahuan yang terkait dengan bagaimana gue harus berinteraksi dengan team gue? bagaimana membuat perencanaan? bagaimana mengorganisasikan sumber daya yang ada? bagaimana cara mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan? Ini semua adalah softskill-softskill yang hanya bisa dikuasai dengan cara mempraktekkannya secara langsung. Nah lahan untuk bisa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan softskill ini bisa kita maksimalkan pada kegiatan kegiatan non akademis.
Sekarang pertanyaannya adalah..
dengan kemampuan gue sekarang, dengan apa yang gue miliki sekarang, dengan apa yang ingin gue capai nantinya. Apa lagi yang harus gue butuhkan untuk bisa berkembang?
Oleh karena itu kita harus merencanakan alokasi jadwal kita. Seberapa besar gue harus fokus pada aspek akademis dan seberapa besar gue harus fokus pada aspek non akademis. Karena kombinasi antara kemampuan konseptual dan kemampuan lapangan lah yang menjadi fokus utama perusahaan-perusahaan dalam melakukan proses Recruitment dan Selection.
Jadi menurut gue gak penting dengan “yang terbaik adalah golongan kami”, apa lagi siapa yang terbaik antara paham-paham dan kebanggaan mahasiswa-mahasiswa SO atau mahasiswa organisatoris atau mahasiswa kupu-kupu, mahasiswa kura-kura dan mahasiswa kunang-kunang. Karena yang penting adalah bagaimana hasil dari pembelajaran kita di kelas ataupun organisasi itu dapat memberikan pengetahuan dan kemampuan yang pada nantinya berguna saat kita dalam proses berkarya.
Intinya, “Masa Tua itu pasti dan masa muda adalah pilihan.”
Akhirnya, apakah layak kita disebut sebagai mahasiswa yang ideal? Atau kita termasuk dalam tipe mahasiswa kupu-kupu? Atau malah kita termasuk mahasiswa kura-kura? Atau mahasiswa kunang-kunang. Jawabannya kembali pada diri kita masing-masing dan sejauh mana kita bertekad untuk berubah. Hidup Mahasiswa!!!!
A-Bad Al-Furqaan
(Badriansyah SOSEK’08)