Kamis, 15 Juli 2010

“Ketika Ucapan Tidak Sesuai Tingkah Laku dan Pemimpin yang haus akan Kekuasaan Duniawi”

Fenomena yang terjadi di dalam kehidupan sekarang ini sangat terlihat jelas ketika seseorang berbicara tentang kebaikan tapi dia sendiri tidak mengerjakannya. Ketika kita semua adalah terlahir sebagai seorang da’i tapi terkadang mampu menasehati orang lain tapi tidak bisa menasehati diri sendiri. Bahkan seorang pemimpin yang kita lihat berkelakuan baik namun tidak disangka ternyata dia tidak lebih baik dari kita. Ketika seorang telah di pandang sebagai orang baik sulit untuk menghilangkan pandangan bahwa dia orang baik walupun dia melakukan kesalahan yang fatal.
Embel-embel Islam yang dipaparkan untuk menarik simpati ternyata bukan untuk kebaikan islam dan umat keseluruhan tapi malah untuk popularitas dan kekuasaan semata. Inilah yang menjadi gambaran pada zaman sekarang terlihat jelas NATO (No Action Talk Only), dengan mudah berkomentar tapi tanpa sadar mungkin begitu susahnya jadi seorang pemimpin. Terkadang pada zaman moderen ini banyak bicara saja tanpa melakukan apa-apa. Hanya bisa mengkritik dan menasehati tanpa mau membantu memecahkan masalah yang ada malah menambahi masalah. Sifat manusia pada dasarnya sering mencari kesalahan orang lain tapi tidak pernah mencari kesalahan diri sendiri. Allah berfirman dalam surah Ash-Shaff ayat (2-3) :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.Ash-Shaff 2-3).
Menjadi pemimpin di zaman sekarang ini sangat mudah, bahkan dengan segala macam cara kekuasaan itu harus dimilikinya. Yang mereka kejar adalah kesenangan duniawi yang didapat melalui jabatan dan kekuasaan. Mereka lupa dengan pertanggung jawaban di hari Kiamat. Mereka tidak segan-segan bermanuver dan merekayasa untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan.
Pemburu kekuasaan itu beralasan, jika kepemimpinan itu tidak direbut, maka ia akan dipegang oleh orang-orang Fasik dan tangan yang tidak Amanah, yang akan menyebarkan kemungkaran dan maksiat. Tapi jika ini dipegang oleh orang soleh dan beriman, akan dapat mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat luas. Alasan ini memang indah kedengarannya.
Namun kenyataannya, semua yang berebut jabatan mengklaim bahwa ia lebih baik dari yang sedang memimpin. Dan tidak ada yang dapat memberi jaminan bahwa jika ia memimpin, keadaan akan menjadi lebih baik. Bahkan rata-rata orang pandai berteriak sebelum menjadi pemimpin, tetapi setelah masuk ke dalam sistem, mereka tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya mengikuti gaya orang sekuler. Yang mencoba bertahan dengan idealisme, mendapat serangan dan kecaman dari berbagai pihak, lalu akhirnya menyerah kepada keadaan.
Sebaliknya pada zaman Salafus-sholeh ambisi jadi kepemimpinan itu rendah. Bahkan para sahabat bertolak-tolakan untuk menjadi pemimpin.
Abu Bakar Shiddiq diriwayatkan, sebelum diminta menjadi Khalifah menggantikan Rasulullah mengusulkan agar Umar yang menjadi Khalifah. Alasan beliau karena Umar adalah seorang yang kuat.
Tetapi Umar menolak, dengan mengatakan, kekuatanku akan berfungsi dengan keutamaan yang ada padamu. Lalu Umar membai’ah Abu Bakar dan diikuti oleh sahabat-sahabat lain dari Muhajirin dan Anshor.
Dari gambaran percakapan ini dapat kita pahami bahwa generasi awal Islam, yang terbaik itu, memandang jabatan seperti sesuatu yang menakutkan. Mereka berusaha untuk menghindarinya selama masih mungkin. Tapi di zaman ini, keadaannya sudah berubah jauh.
Para Sahabat dulu sangat berat menerima untuk menjadi pemimpin, dikarenakan mereka mengetahui konsekuensi dan resiko menjadi pemimpin. Mereka mendengar hadits-hadits Nabi SAW tentang tanggung jawab pemimpin di dunia dan di akhirat. "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Imam (kepala negara) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya...".
Dalam hadits lain Nabi Muhammad SAW memprediksi hiruk pikuk di akhir zaman soal kekuasaan dan menjelaskan hakikat dari kekuasaan itu. Beliau bersabda seperti disampaikan oleh Abu Hurairah
“Kalian akan berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal kekuasaan itu adalah penyesalan di hari Kiamat, nikmat di awal dan pahit di ujung. (Riwayat Imam Bukhori).
Rasulullah SAW juga memperingatkan mereka yang sedang berkuasa yang lari dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan kaumnya dan tidak bekerja untuk kepentingan kaumnya, dengan sabda beliau : “Siapa yang diberikan Allah kekuasaan mengurus urusan kaum Muslimin, kemudian ia tidak melayani mereka dan keperluan mereka, maka Allah tidak akan memenuhi kebutuhannya.” (Riwayat Abu Daud).
Oleh karena itu luruskan niat kita dalam menapaki kehidupan ini, segala yang kita lakukan harus ikhlas tanpa paksaan. Ketika kita tidak sanggup dengan suatu amanah jangan memaksakan untuk menerimanya demi kepentingan popularitas tapi kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan.
By : Badriansyah (SOSEK FP’08)

1 komentar: